Kanak-kanak
awal /
PG TK (2-6tahun)
1. Masa
negativis yaitu masa membangkang dimana perkembangan ego berlangsung
2. Masa
eksplorasi yaitu masa dimana anak akan suka mencari tau tentang lingkungan
sekitarnya, mencoba hal baru, dan lainnya
3. Masa
meniru yaitu masa anak akan mencoba untuk meniru apa yang dilakukan orang
terdekatnya seperti orang tuanya
4. Masa
bermain yaitu masa dimana anak seharusnya memuaskan dirinya dengan bermain
Teori Kognitif Piaget pada masa ini
adalah Praoprasional. Yaitu karekteristik utamanya
adalah perkembangan bahasa , berpikir simbolis, dan berpikir egosentris
Tingkat Perkembangan Moral menurut Kohl
Berg pada masa ini adalah Prakonvesional.
Pada tingkat ini, keterkaitan konkret terhadap individu dipertimbangkan
dalam hal hukuman dan imbalan.
Maka dari penjabaran di atas dapat
diberikan contoh belajar yang baik untuk anak usia PG/TK yaitu belajar
:
a. Sambil bermain , contohnya belajar
berhitung sambil bermain jumping and
clap. Dimana anak akan menghitung 1 ketika ia berlompat 1 kali dan guru akan
bertepuk tangan 1 kali juga, dan begitu seterusnya hingga angka yang ditentukan
b. Mengeksplor
lingkungam, contohnya ketika anak akan diajarkan untuk saying kepada alam dalam
hal berkebun, anak akan dibiarkan bermain kotor seperti bermain tanah ketika ia
akan mengambil tanah untuk tumbuhannya. Bermain air ketika hendak menyiram
tumbuhannya. Dan berlari-larikan ketika ia aktif mengeksplor.
Masa Kanak-kanak Akhir/SD ( ± Sejak usia 6 tahun
– 11 tahun)
Masa
ini ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:
·
Pengaruh teman sebaya
mulai dominan
·
Mampu berfikir logis
tentang objek & kejadian
·
Menguasai konversi
jumlah yang berat
Tahap
Perkembangan kognitif pada masa kanak-kanak
akhir adalah: Operasional konkret (Jean Piaget). Artinya, aktivitas mental yang
difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit. Dalam upaya memahami
alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber
dari panca indera,karena anak mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa
yang tanpak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya (Logika). Contohnya dalam
tahap pembelajaran disekolah seperti;
Guru menujukkan bola kepada
siswa,kemudian berkata,”anak-anak ini
bola”. Kemudian guru menyuruh siswanya untuk mengulangi kata-kata guru,
“ini apa?”, “ini bola”. Kemudian
guru dapat menempelkan gambar bola di papan tulis. Dibawah gambar bola itu
ditempelkan tulisan ini bola. Guru
lalu menyuruh siswa membacakan kembali tulisan ini bola tadi. Tulisan ini bola dapat dianalisis menjadi
kata,menjadi suku kata,suku kata menjadi huruf dan terakhir tulisan di
kembalikan pada posisi semula ( kalimat)
ini
bola
i ni
bo la
i n
i b o
l a
i ni
bo la
ini
bola
Pada tahap ini, anak –anak juga dapat
diajari metode chunking. Yaitu mengubah huruf-huruf menjadi unit-unit kata yang
bermakna. Misalnya penggunaan istilah Me-ji-ku-hi-bi-ni-u, untuk memudahkan
anak mengingat warna merah,jingga,kuning,hitam,biru,nila,ungu (pelangi)
Tahap
perkembangan moral pada anak anak akhir adalah :
Konvensional ( Kholberg)
Tahap
3: Orientasi (Good boy/girl) .Anak ingin menyenangkan dan menolong orang
lain,dapat menilai niat orang lain,dan mengembangkan standar tentang bagaimana
orang yang baik itu. Misalnya Arya anak kelas 3 SD melihat bekal yang dibawakan
oleh temannya dari rumah tumpah, akhirnya Arya mengajak teman nya tersebut
untuk berbagi dan makan bekal yang arya punya.
Tahap
4 : Orientasi otoritas. Anak cenderung tunduk atau patuh pada orang yang
dihormati.
Contohnya: Saat yuni ditegur oleh
petugas kebersihan sekolah karena membuang sampah sembarangan, yuni tidak
peduli. Lagi lagi dia tetap membuang sampah sembarangan. Namun pada saat Guru
kelasnya yang menegur yuni secara langsung, yuni pun tidak berani lagi membuang
sampah sembarangan di pekarangan sekolah.
Tahap
Perkembangan Socioemotional pada anak-anak akhir
adalah: Tahap Industry Vs Inferiority (Erick Erikson)
Perkembangan sosial emosional pada
anak-anak akhir yaitu perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan
tuntutan sosial. Menurut Erikson anak-anak mengembangkan kemandirian dan otonomi jika eksplorasi serta kebebasan
mendapatkan dukungan. (Contohnya Anton telah dibiasakan oleh ibunya untuk
merapikan tempat tidur setelah bangun pagi). Dan juga rasa malu dan meragukan
diri sendiri ketika mereka dihambat dan terlalu diproteksi.( Misalnya,
Karin ingin sekali mengikuti lomba
menari disekolahnya, namun disisi lain dia takut dimarahi oleh ibunya yang
tidak mendukung dan mengijinkan nya mengikuti kegiatan apa pun diluar jam
pelajaran)
Masa
Remaja / SMP&
SMA (11-18 Tahun)
SMP
Pada tahap perkembangan ini, emosi
cenderung meledak-ledak, tidak stabil, serta berubah-ubah. Memiliki pola pikir
yang cenderung egosentris, perkembangan kognitif : operasional formal. Cara
belajar yang tepat untuk tahap ini adalah
belajar dalam diskusi atau didalam kelompok. Dengan cara belajar yang
demikian, mampu melatih diri untuk bisa menerima pendapat orang lain, blajar
menyampaikan pendapat kepada orang lain, belajar menahan emosi. Jadi cara
belajar itu tepat untuk tahap perkembangan ini.
Usia remaja pada masa SMP biasanya pola
pikirnya egosentris, jadi Cara mengajar yang baik untuk anak SMP yang berada
pada tahap remaja yaitu sifat
mengajar dengan cara horizontal berarti kita sebagai pengajar menempatkan diri
kita sama tinggi dengan siswa kita. Kita berbicara sebagai orang yang lebih
dahulu tahu, bukan lebih pintar. Kita
mentransfer ilmu, bukan member ilmu.
Cara system belajarnya pun jangan terlalu otoriter, jika seperti itu maka
Suasana kelas pun akan menjadi tegang, dan siswa pun akan merasa takut, otomatis dia belajar bukan dari dorongan
dirinya sendiri melainkan karena takut dengan si pengajar ata guru. Namun jika
kita menyampaikan materi atau pelajaran itu secara santai atau anggaplah kita
sedang bercerita tentang pengalaman sehinggai ilmu apapun itu tidak terkesan
menyeramkan, sehingga siswa pun senang pada pelajaran itu dan lebih mudah
memahami pelajaran tersebut.
Karena
perkembangan emosionalnya tidak stabil atau berubah-berubah maka siswa
berfikir bahwa, jika seorang pengajar menyampaikan pelajaran itu secara santai
atau menarik maka otomatis siswa tersebut akan menyukai pelajaran tersebut
walaupun awalnya mereka tidak suka pada pelajarnitu. Namun jika seorang
pengajar menyampaikan pelajaran itu
secara otoriter atau berkesan memaksa maka siswa tersebut akan malas untuk
belajar, padahal dia sangat menyukai pelajaran tersebut. Namun karena cara
mengajarnya yang salah maka siswa tersebut jadi malas dengan pelajaran
tersebut. Jadi dia belajar hanya karena takut maupun terpaksa, bukan atas
kemauannya sendiri sehingga pelajaran yang disampaikan oleh seorang pengajar
tersebut tidak diterima dengan baik.
Jadi, bagi
para penagajar, pada saat memasuki
kelas atau mau menyampaikan materi maka harus bisa tau terlebih dahulu
bagaimana cara memahami karakter-karakter siswa siswi tersebut, agar kita bisa
tau bagaimana cara mengajar yang baik dan menyenangkan bagi para siswa agar
mereka semangat untuk belajar, tetapi tetap harus melakukan system cara
belajar-mengajar sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan.
SMA
Intelektual
adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar,
membayangkan, mengagas, dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan.
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 tahun secara fungsional,
perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat
digambarkan sebagai berikut:
1.
Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
2.
Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi,
membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah.
3.
Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan
yang abstrak.
5.
Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk
mencapainya psikologi remaja.
7.
Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas,
dan identitas (jati diri).
Karakteristik
perkembangan intelektual remaja digambarkan oleh Keating (Syamsu Yusuf, 2004 :
195 - 196) sebagai berikut:
1.
Kemampuan intelektual remaja telah sampai pada fase operasi formal sebagaimana
konsep Piaget. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada
kesadaran sendiri di sini dan sekarang (here
and now), cara berpikir remaja berkaiatan erat dengan dunia kemungkinan (world of possibilities).
2.
Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara
ilmiah.
3.
Mampu memikirkan masa depan dan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai
kemungkinan untuk mencapainya.
4.
Mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang membuat proses
kognitif tersebut efisien atau tidak efisien.
5.
Cakrawala berpikirnya semakin luas.
Maka, dari pembahasan diatas
anak SMA dapat diajarkan dengan salah satu cara yaitu konsep mind mapping yaitu
membuat serangkaian pemetaan pikiran untuk dengan mudah mengembangkan
pembahasan dalam point-point berangkai agar ia juga dapat mengembangkan
wawasannya dalam kecakapan berfikir dan
berbicara